Harga Kualitas Umur atau Lifetime Pipa HDPE / PE 100
Lifetime Pipa HDPE / PE 100
Apakah Anda tahu berapa lama Pipa HDPE / Pipa PE 100 dapat digunakan? Banyak sekali para pemilik bangunan maupun para kontraktor baik itu rumah atau gedung bertanya berapa lama pipa HDPE ini perlu diganti. Melalui artikel inilah akan kami jelaskan untuk usia pakai (lifetime) dari pipa HDPE.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama pipa HDPE merupakan pipa yang cukup populer dan menjadi pipa plastik yang paling banyak di cari di Indonesia. Harga yang terbilang dan multifungsi itulah yang menjadikan pipa ini banyak dibeli oleh masyarakat Indonesia. Karena kelenturan dan kekuatannya Pipa HDPE bisa bertahan sampai dengan 50 tahun.
50 tahun yang disebutkan diatas adalah kondisi dimana pipa HDPE disambungkan dengan prosedur dan SOP yang sudah sesuai dengan standar yang ada, pipa diaplikasikan pada lokasi yang tidak terkena sinar ultra violet dari matahari secara langsung, suhu air yang mengalir didalam pipa tetap terjaga pada temperatur 20oC, tidak terdapat kerusakan eksternal pada badan pipa yang disebabkan oleh benturan benda- benda keras serta yang tidak kalah penting adalah pipa digunakan sesuai dengan spesifikasinya sebagai contoh pipa HDPE S.8 SDR 17 PN 10 digunakan untuk pipa air bertekanan yang tidak lebih dari 10 bar dan digunakan untuk mengalirkan air bersih yang tidak terkontaminasi bahan kimia. Maka dengan penggunaan yang sesuai dengan spesifikasi dan penjelasan di atas pipa HDPE anda dapat mengalirakn air hingga 50 tahun lamanya.
Penggunaan Pipa HDPE untuk PDAM
Air baku dari PDAM yang berasal dari sumber air tidak semerta-merta dapat langsung digunakan untuk kebutuhan air bersih di dalam bangunan. Air tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Untuk menjaga kualitas dari air baku tersebut, biasanya air akan mengalami proses pengolahan. Pengolahan ini secara umum dapat dilakukan dengan 3 cara: fisika, kimia dan biologi.
Pengolahan secara fisika biasanya dilakukan dengan memanfaatkan sifat makanis dari air tanpa tambahan zat kimia. Contoh penerapannya adalah pengendapan, adsorbsi, filtrasi, dll. Pengolahan secara kimiawi tentu saja dengan penambahan zat kimia seperti tawas, klor, dll yang biasanya untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Sedangkan pengolahan secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu yang dapat membantu menjernihkan air.
PDAM di Indonesia umumnya menggunakan instalasi pengolahan air (IPA) secara fisika dan kimiawi. Pada dasarnya, pengolahan air tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
-
Intake Building
Sesuai dengan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertama masuknya air dari sumber air. Bangunan ini dilengkapi dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang terdapat dalam air. Selanjutnya air akan masuk ke dalam bak besar sebelum dipompakan ke water treatment plant.
-
Water Treatment Plant
WTP merupakan instalasi utama pengolahan air bersih. Terdapat beberapa bagian pengolahan pada STP yang membuat air menjadi layak digunakan. Adapun bagian tersebut:
-
Koagulasi
Bagian pertama kita kenal dengan bak koagulasi. Di bak ini air akan di destabilisasi dari partikel koloid/kotoran. Proses destabilisasi dapat dilakukan secara kimiawi dengan penambahan zat tawas (aluminium sulfat) maupun dengan cara fisika yaitu dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump) dan secara mekanis (batang pengaduk) agar tawas bercampur merata dengan air.
-
Flokulasi
Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan memperbesar flok (kumpulan kotoran). Prosesnya air akan diaduk perlahan agar tawas yang tercampur di air dapat mengikat partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih besar agar lebih mudah mengendap.
-
Sedimentasi
Setelah flok terbentuk (biasanya berbentuk lumpur), air akan masuk ke bak sedimentasi dimana berat jenis flok yang lebih berat akan otomatis mengendap di dasar bak dan air bersih dapat terpisah dari lumpur.
-
Filtrasi
Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar benar-benar bersih dengan dimasukkan ke bak filtrasi. Bak filtrasi dapat menggunakan teknologi membran, namun dapat pula disubtitusi dengan media lainnya seperti pasir dan kerikil silica. Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya grafitasi.
-
Desinfeksi
Setelah proses pengolahan selesai, biasanya juga dilakukan proses tambahan (disinfeksi) berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll untuk menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang terkandung di dalam air.
-
Reservoir
Setelah air selesai diolah, air akan dimasukkan ke tempat penampungan sementara di dalam reservoir sebelum didistribusikan ke rumah dan bangunan. Untuk mengalirkan air, biasanya digunakan pipa HDPE dan PVC.
Untuk lebih menghemat biaya pembangunan dan operasional, bianya Instalasi Pengolahan Air (IPA) dibangun di daerah yang cukup tinggi (bukit atau gunung) sehingga dapat menghemat penggunaan pompa air karena dapat dialirkan dengan gaya grafitasi. Untuk menjangkau wilayah yang lebih luas, biasanya air akan ditampung lagi di reservoir di tiap daerah sebelum dipompakan ke rumah dan bangunan.
0 comments